Rumah ku di Waturia
Januari 17 2019

Rumah ku di Waturia

Tahun 1995, melalui dukungan masyarakat Indonesia dimulailah pengasuhan bagi anak-anak yang kehilangan pengasuhan keluarga. Diawali dari enam rumah kontrakan di dusun Waturia, rumah keluarga SOS menjadi rumah bagi anak-anak yang terkena dampak bencana.

Langit biru dan debur ombak membentang Indah di sepanjang kota Magepanda. Menempuh perjalanan selama 30 menit dari pusat kota dengan mobil, desa asri di dusun Waturia Kabupaten Sikka menyambut hangat. Tiang besar bertuliskan selamat datang menyambut setiap tamu yang datang berkunjung. Sebuah upacara penyambutan pun disajikan bagi mereka yang pertama kali singgah dari luar kota Flores.  

Sekelompok gadis lengkap dengan pakaian adat tenun Flores menari lincah menyambut kedatangan siapapun yang berkunjung ke SOS Children’s Village Flores, percikan air dari si tetua adat dan sambutan dalam bahasa Flores menjadi tanda diterima sebagai keluarga SOS. Inilah kisah dari SOS Children’s Village Flores.

Bermula dari 12 Desember 1992 bencana alam gempa dan tsunami memporakporandakan Flores yang terkenal dengan keindahan alam dan pantai pasir putih. Ribuan anak kehilangan keluarga dan tak lagi memiliki harapan untuk masa depan. Kepedulian dunia menggugah SOS Children’s Villages Indonesia untuk segera melakukan sesuatu untuk anak-anak Flores. Tahun 1995, melalui dukungan masyarakat Indonesia dimulailah pengasuhan bagi anak-anak yang kehilangan pengasuhan keluarga. Diawali dari enam rumah kontrakan di dusun Waturia, rumah keluarga SOS menjadi rumah bagi anak-anak yang terkena dampak bencana.

Bermimpi memiliki desa yang asri sebagai hunian bagi anak-anak, SOS Children’s Villages Indonesia mendapatkan dukungan dari berbagai pihak membangun berbagai fasilitas. Pembangunan rumah dimulai pada 20 Januari 1995 yang kemudian dijadikan hari istimewa SOS Children’s Village Flores. Hampir dua tahun lamanya proses pembangunan berjalan, Maret 1998 SOS Children’s Village Flores  diresmikan oleh Presiden SOS International MR. Helmut Kutin yang didampingi Bapak Agus Prawoto selaku Founder SOS Children’s Villages Indonesia yang dihadiri oleh Cardinal Da Cunha selaku pejabat pemerintah lokal.

Mimpi-mimpi kecil dari Flores kembali bersinar, di dusun Waturia hadir bintang besar untuk masa depan. Terdapat 15 rumah keluarga menjadi tempat bagi ratusan anak Flores kembali memiliki  ibu, saudara dan lingkungan masa kecil yang menyenangkan.  Ingin melihat dunia lebih luas lagi, beberapa anak Flores berani beranjak dari tanah kelahirannya melanjutkan pendidikan di pulau Jawa. Mimpi mereka mendapatkan ilmu sebanyak mungkin untuk membangun Flores, kota masa kecil mereka. Dan itulah yang dilakukan Maria Anggelina yang sejak SMA sudah merantau ke pulau Jawa untuk bersekolah, bahkan kini gadis petualang itu bekerja di pulau Batam sebagai aktifis perempuan dan anak. Cerita lain datang dari Ani yang bercita-cita menjadi dokter belajar dari pengalaman hidupnya kehilangan ibu karena tak ada biaya berobat.  Bahkan kini lebih dari enam remaja Flores sedang mengikuti magang kerja di sebuah hotel mewah di Bandung – Jawa Barat.

24 tahun SOS Children’s Village Flores memberikan kembali pengasuhan bagi anak-anak yang telah kehilangan orangtua.  Ani, Maria Anggelina dan teman muda Flores lainnya yang telah menggantungkan bintangnya di langit, memberikan harapan bagi ratusan  anak lainnya berani bermimpi. Karena semua mimpi dan cita-cita besar selalu diawali dari rumah, bantu anak-anak Flores terus berani berani bermimpi.

Dukungan sahabat yang berkelanjutan akan memberikan rumah bagi 183 anak untuk siap berani bermimpi. Jangan berhenti dikamu kisah ini, karena 1 kebaikan akan dimulai saat sahabat meneruskan kisah ini untuk anak-anak Flores. #ayobantuanakFlores